Tuesday, December 27, 2005

Pengalaman yg berharga




Dari perjalananku ke Jatinangor aku menemui beberapa orang. Dari mereka aku mendapat beberapa pengalaman yg berharga. Aku sempat berdiskusi dengan seorang wanita bernama Leny tentang arti sebuah materi. Memang ada perbedaan yg begitu mencolok mungkin hal ini disebabkan oleh pola fikir/sudut pandang yg berbeda. Dia mengatakan bahwa TUJUAN bekerja untuk UANG. Sedangkan aku ingin bahwa TUJUAN bekerja untuk ALLAH. Untung saat itu ada temanku lainnya yg menengahi perdebatan tersebut. Leny mengatakan uang memang segalanya tetapi segalanya tidak dapat dibeli oleh uang.

Dari beberapa wanita yg kutanya tentang materi/uang memang aku mendapatkan jawaban yang sama. Dari dia, dia yg lain dan dari Leny. Aku sebenarnya menyadari bahwa peranan memang besar tetapi bukankah uang hanyalah alat dalam meraih tujuan utama kita yaitu menggapai ridho Allah? Pola fikirku salahkah? Atau ini terlalu konservatif dan kurang realistis? Yang jelas aku berprinsip bahwa pola fikir yg menganggap uang adalah segalanya (baca : materialistis) tidak akan menyatu pola hidup kesederhanaan. Dari hal kecil seperti itu saja sudah tidak dapat ditemukan kecocokan, apalagi hal besar lainnya seperti pendidikan anak, manajemen keuangan dan lain-lain?

Di lain kesempatan aku bertemu dengan seorang wanita bernama Teh Enok. Dia adalah seorang gadis Sunda kelahiran Indramayu. Berbeda dengan Leny, Teh Nok begitu kalem. Dia selalu tersenyum dan nampaknya mempunyai selera humor yg tinggi. Dan kayaknya dialah wanita yg lembut dan menenangkan (baca: kalem) dan sederhana. Dia berprinsip untuk tidak 'berpacaran' lagi dan ingin membina hubungan yg serius. Dia ingin membina hubungan dengan seorang laki2 yg sudah mapan minimal sudah mempunyai pekerjaan tetap. Dia juga mempunyai teman2 dan lingkungan yg kondusif dalam beragama. Walau kerudungnya tidak sepanjang dan selebar anak HT atau anak Tarbiyah tetapi ia mempunyai keinginan untuk ber-Islam dengan lebih baik lagi. Ia mulai membeli buku agama semisal Laa Tahzan.

Ada sebuah cerita dari Teh Nok tentang temannya. Temannya kebanyakan adalah akhwat. Tetapi kayaknya agak beda dengan akhwat yg biasa aku lihat di UI. Teman teh Nok kebanyakan ikut HT. Bedanya apa yah? Kata temanku mah itu hanya beda sudut pandang aja dalam mencapai Tujuan : Menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Dari pakaian mungkin teman teh Nok yg ikut HT memilih untuk mengenakan baju kurung yang menyambung dari atas ke bawah lengkap dengan jilbab panjangnya. Teman teh Nok juga berprinsip untuk langsung menikah dan membatasi proses taaruf maksimal 3 bulan. Teh Nok menunjukkan fotho seorang temannya yg bernama Dina. Dina adalah akhwat HT yg memegang prinsip bahwa pacaran adalah haram dan denger2 katanya ada syarat tambahan kalo mau jadi calon suaminya yaitu menghafaf surat. Duh... berat amet... untuk mendapatkan yg berkualitas ternyata kita harus berkualitas juga. Atau mungkin nggak yah ada negosiasi? Bisakah menikah dengan dia yg berasal dari fikroh yg berbeda? Atau kembali ke individu masing2 apakah dapat menerima perbedaan pola fikir dan menerima semua dengan ikhlas?

Temanku mempunyai 3 kriteria dalam memilih calon isteri yaitu:
1. Pola Fikir
2. Pola Hidup
3. Fisik
Kalo aku mungkin mirip dengan dia tapi mungkin hanya beda di urutan 3 hal tersebut.


Saat aku pulang aku berbicara kepada ibuku .. ibuku kemaren bertemu dengan kakak iparku.
Kakak iparku mempunyai teman seorang akhwat yg kuliah di UNNAS. Katanya 1 semester lagi ia akan lulus :) Katanya juga ia berjilbab panjang dan manis. Wah terkadang manusia sering terkecoh dengan kondisinya sendiri. Tidak adanya pilihan membuat ia mencari pilihan2. Ketika ada pilihan2 tersebut ia malah bingung dan tidak/belum bisa menentukan/memilih diantara pilihan-pilihan tersebut. Huuhhh... (eh nggak boleh ngeluh... -> TETAP SEMANGAT)

5 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Hidup adalah menentukan pilihan, kadang pilihan diambil dengan sukarela, lain waktu dengan terpaksa.

Kadang sesuatu yang kita inginkan bukanlah sesuatu yang kita butuhkan.

Sesuatu yang tidak menyenangkan untuk kita, bisa saja adalah sesuatu yang terbaik untuk kita.

Uang memang bisa sangat berguna di dunia kita, tapi ada hal lain yang lebih esensi yang bisa berguna di dunia dan akhirat.

Cinta memang akan membuat indah pernikahan tapi bisa saja itu hanya terjadi di awal.Ada hal lain yang lebih esensi yang bisa melanggengkan pernikahan selamanya.

6:10 PM  
Blogger alitop said...

Yang lebih esensi dari uang apa?
Yang lebih esensi dari cinta?

Can u tell me?

6:27 PM  
Anonymous Anonymous said...

Jawabannya adalah:
ke "Lillahitaallah" an

4:01 PM  
Anonymous Anonymous said...

boleh juga kenalan ama dina nya. ada no kontakannya gak?gw mo diskusi nih ama dia masalah hijab,jilbab etc. dari HT ya dia?kirim aja ke emailku fataha@gmail.com

2:01 PM  
Blogger Elfira Rosa said...

pada dasarnya, setiap pertannyaan itu berujung pada satu pertanyaan inti: "buat apa kita hidup di dunia ini?"

nggak salah klo ada yang menanggap bahwa tujuan bekerja adalah uang.
nggak salah juga klo ada yg menganggap bahwa uang adalah segalanya, tapi segalanya blum tentu dapat dihargai dengan uang.

setiap orang memiliki perspektif sendiri dalam memandang sesuatu. antara satu orang dan orang lainnya, antara pendapat yg satu dengan yg lain, tidak ada yang salah. Semua BENAR, menurut perspektif masing2. karena kebenaran itu sendiri tidak ada yang mutlak.

tidak ada kebenaran mutlak, kecuali ALLAH.

tapi setiap perbedaan pendapat itu dikembalikan lagi ke tujuan kita hidup di dunia. "BUAT APA?"

jika ingin meraih ridho ALLAH, tentunya... segala hal akan bermuara pada "ridha ALLAH"

coba memandang sesuatu dari tujuan akhir. Misal:
-Tujuan akhir- Ridho ALLAH
trus liat, untuk mencapai ridho ALLAH, salah satunya adalah dengan menjadi "dermawan", banyak2 sedekah...
Nah, itulah.. makanya, setiap Muslim sebaiknya memang mapan secara materi, agar dapat berdakwah dengan lebih maksimal.
don't forget: Kemiskinan itu dekat dengan kekufuran...

tapi perlu diinget lagi. untuk menggapai ridho ALLAH nggak cuma ada satu jalan. nggak harus pake materi...

[duhhh jadi panjang gini komentarnya;p]

orang kaya bersedekah mah udah wayahna.... da' itu mah nggak istimewa. yang istimewa tuh.. kalo kita mampu menjadi dermawan dan bersedekah dalam keadaan apapun, sesempit apapun "keuangan" kita;p

toh yang bisa di dakwahkan di jalan ALLAH kan nggak cuma materi.. [meskipun, nggak usah munafik lah, hidup di dunia ini juga emang butuh materi, bro...]


ehm.. tambahan, saya juga anak kosan. dan emang sebagai anak kosan, itu sangat2 BEBAS sebebas-bebasnya. pilihan itu di tangan kita. meskipun lingkungan HEDON abis... klo kita MEMILIH untuk tetap berada di jalan yang benar, insyaALLAH bisa bertahan....

Prinsipnya:
"Berbaur, tapi nggak melebur" :)

11:33 AM  

Post a Comment

<< Home

 Blognya Indonesian Muslim BloggerE